Monday, April 18, 2011

Ikhtilat Dunia Maya Ala Aktivis Dakwah



Sebenarnya ana juga bingung mau menuliskan apa mengenai tema ikhtilat dunia maya ala aktivis dakwah. Beberapa waktu ana melihat-lihat kembali kepada catatan ana mengenai tema pilihan ini, namun ana tetap bingung mau mulai dari mana. Ya, akhirnya terlintas di pikiran ana tentang suatu jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini. Apalagi kalau bukan facebook. Ya, saat ini facebook-lah yang memberikan peluang ikhtilat dunia maya kepada para aktivis dakwah.

Mengenai istilah per-ikhtilat-an, maka yang akan terbayang oleh kita adalah bercampur baurnya antara ikhwan dan akhwat. Tidak ada hijab yang membatasinya. Nah, bagaimana ya percampurbauran itu bisa terjadi di dunia maya? Tidak ada hijab? Tapi kan tidak bertatap muka, untuk apa hijab?

Ternyata jawabannya adalah “bisa”. Ikhtilat itu tetap bisa terjadi walau di dunia maya sekali pun. Saat ini dunia sudah mulai canggih akhy. Walau tidak bertatap muka secara langsung namun foto profil di facebook sudah mewakilinya. Belum lagi perbincangan-perbincangan yang terjadi, seakan-akan tidak pernah menjadi aktivis dakwah saja.

Kita sama-sama mengetahui bahwa facebook adalah produk yahudi yang seharusnya kita boikot. Namun karena berbagai alasan terutama karena kepentingan dakwah, maka jadi jugalah sebuah akun baru yang akan menambah kekayaan yahudi itu. Belum sebulan akun itu mewakili kita berdakwah di dunia maya, kini ia telah lupa akan tujuannya. Ya, tidak lagi untuk semata-mata berdakwah. Kini ia telah menjadi jejaring sosial biasa, tidak ada bedanya dengan akun ‘ammah lainnya selain foto profil ikhwah versi kartun.

Akun itu benar-benar tidak ada bedanya dengan akun ‘ammah. Bahkan lebih parah lagi. Status yang di-posting kini sudah mulai nyeleneh kepada hal-hal yang berbau asmara. Ikhwah yang dulunya berapi-api bahkan statusnya seolah-olah akan membakar jiwa para pendosa, kini sudah mulai melankolis. Sudah mulai berbicara tentang asmara. Apa itu cinta. Bagaimana mendapatkan istri yang sholehah. Dan lebih parahnya lagi, status itu disambut baik oleh rekan-rekan aktivis dakwah yang juga sudah mulai nyeleneh. Mulai dari sekedar memberikan jempol, sampai yang merespon melalui komentar sejenis. Dan lebih-lebih parahnya lagi, rekan aktivis dakwah yang merespon itu juga ada yang berbeda “gender”. Cerita pun mulai mengalir, dan tanpa disadari pembahasan sudah berada diluar kebutuhan dakwah.

Ya, pembahasan ikhwan akhwat sudah berada diluar kebutuhan dakwah. Padahal kita sepakat bahwa antara ikhwan dan akhwat tidak perlu ada perbincangan jika yang dibicarakan itu tidak ada nilai urgensinya. Tapi di dunia maya, hal itu seolah-olah terlepas dari hukumnya. Seakan-akan di dunia maya ini adalah hal yang bebas. Apakah karena dizaman Rasulullah belum ada internet?

Apapun alasannya, tetap hubungan antar ikhwan akhwat harus dibatasi. Hijab yang paling utama ada dihati. Walau pun perbincangan yang terjadi tidak berhadap-hadapan, namun ketika dihati telah lepas hijabnya, maka akan tetap terjadi perbincangan yang tidak berguna.

Satu hal yang perlu diingat, jika kita tidak mampu berkontribusi di jalan dakwah, minimal jangan jadi perusak di dalam tubuh dakwah.

Allahu a’lam bishshawab.


Ya allah peliharakan aku fitnah wanita yang mengugat keimananku. berikanlah cintamu kepadaku. Aku yakin org yang menyintaimu itu pasti memiliki hal yang sama.

sumber : www.

No comments:

Senyumlah sahabatku

Related Posts with Thumbnails