Tuesday, May 31, 2011

MUWASAFAT TARBIYAH

(KHATAM DAN KHADAMKAN)

1. Salimul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatun Linafsihi

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun ‘ala Waqtihi

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:

‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun ‘alal Kasbi

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Naafi’un Lighoirihi

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.


http://jalanjuang.wordpress.com/muwassafat-tarbiyyah/

Monday, May 2, 2011

SIRI TARBIAH 2 - UKHUWWAH ISLAMIYAH


MUQADDIMAH


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Maksudnya ;

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan daripada sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa, dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang, dan janganlah sebahagian kamu mengupat sebahagian yang lain. Adakah seseorang daripada kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Jika begitu keadaan mengupat, sudah tentu kamu jijik kepadanya. Oleh itu patuhilah larangan Allah. Dan bertaqwalah, sesungguhnya Allah itu Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.

Ayat yang dibentangkan ini menjurus kepada pembinaan suatu unsure yang terpenting di dalam jamaah, iaitu unsur ukhuwwah Islamiyah.

UKHUWWAH ISLAMIYAH

Ukhuwwah adalah nikmat berharga yang dikurniakan oleh Allah kepada orang-orang beriman di dalam saf perjuangan. Ia tidak dapt dijualbeli dengan wang ringgit dan harta benda dunia. Ukhuwwah adalah suatu rasa yang diciptakan oleh Allah di dalam hati orang-orang yang beriman. Firman Allah :

لوأَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عزيز حَكِيمٌ- سورة الحجرات 63

Maksudnya:
Seandainya engkau belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah mampu engkau persatukan antara hati mereka, tetapi Allahlah yang telah mempersatukan antara mereka”
(Al Anfal: 63).


Demikian juga, jika Allah mengkehendaki untuk merapat dan memesrakan di antara hati-hati yang beriman itu, maka ukhuwwah pun diciptakan oleh Allah di dalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman itu. Firman Allah :

إِنَّمَا الْمُوْْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ - سورة الحجرات -1
Maksudnya : Sebenarnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu yang bertelagah. Bertaqwalah kamu kepada Allah agar kamu dirahmati oleh Allah

Dari ayat ini terlihat jelas bahwa ukhuwwah hanya terbina di atas dasar iman atau tauhid, bukan di atas ikatan-ikatan yang selain daripada itu. Justeru hanya Allah yang dapat menyatukan hati-hati di kalangan manusia, dan hati-hati manusia itu pula akan bersatu di atas landasan tauhid. Oleh itu, lafaz yang disebutkan di dalam ayat ini adalah mukmin, bukanlah hanya muslim sebagai syarat pembinaan ukhuwwah tersebut. Firman Allah :

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ (67
Maksudnya:“ Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang bertakwa”( Az Zukhruf: 67).
Jika ukhuwwah kosong dari iman maka yang menjadi ikatannya adalah kepentingan peribadi atau kelompok, parti dan sebagainya. Hal ini jelas cepat atau lambat akan menghancurkan nilai ukhuwwah itu sendiri. Sedangkan persahabatan yang tidak terikat dengan akar taqwa sudah tentu akan menghasilkan permusuhan dan kebencian, seperti yang terjadi pada awal terjadinya konflik dalam sejarah manusia, persaingan merebut harta rampasan (ghanimah) dan mengejar kepentingan dan keuntungan

Sabda Rasulullah SAW :

لاَ تَقَاطَعُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَحَاسَدُوْا ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ .
Maksudnya : Janganlah kamu memutuskan hubungan, jangan kamu tidak betegur sapa, jangan kamu saling benci membenci, jangan kamu saling berhasad dengki. Sebaliknya, jadilah kamu hambalah Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seseorang muslim itu tidak menegur saudaranya lebih daripada tiga hari.

Ukhuwwah adalah kekuatan yang bersumber dari iman atau aqidah yang melahirkan perasaan spiritual berupa kasih sayang, kecintaan, kemuliaan dan rasa percaya dan mendahulukan kepentingan kepada saudara seaqidah. Dan darinya akan timbul sikap tolong menolong, mengutamakan orang lain, rasa saying, pemaaf, pemurah, setia kawan dan sikap-sikap mulia lainnya. Maka jelaslah bahwa ukhuwwah Islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan iman dan taqwa. Kedua komponen ini tidak dapat dipisahkan di antara satu sama lainnya.


SANGKAAN BURUK MENAFIKAN UKHUWWAH

Sangkaan buruk terhadap sahabat di dalam bermasyarakat dan berjamaah adalah terlarang di dalam agama. Sangkaan buruk yang ditegah di dalam Islam ialah pada perkara yang tidak ada tanda-tanda dan bukti yang jelas dilakukan oleh seseorang. Hukumnya jelas haram dan wajib dijauhkan. Seperti sabda Rasulullah SAW :

إن الله تعالى حرّم من المسلم دمه وعرضه وأن يظنّ به ظنّ السوء
Maksudnya : Sesungguhnya Allah SAW telah mengharamkan terhadap seseorang muslim itu darah dan maruahnya (dengan maksud haram ke atas seorang muslim menumpahkan darah seorang muslim yang lain, juga menjatuhkan maruahnya), dan diharamkan juga berburuk sangka terhadapnya.

Tetapi terhadap orang yang jelas-jelas melakukan perkara yang terlarang, tiada lagi perhormatan terhadap dirinya. Kata Al-Hasan : لا حرمة لفاجر
Maksudnya : Tiada penghormatan terhadap orang yang jelas-jelas melanggar larangan Allah.

WAJIB MENJAGA MARUAH

Di dalam kehidupan bermasyarakat dan berjamaah, mencari kesalahan orang lain adalah ditegah oleh agama, sehinggalah perkara yang menjadi keaiban seseorang itu, dizahirkan oleh Allah dan menjadi perkara yang diketahui oleh umum. Untuk itu, seorang muslim adalah wajib menjaga maruah dirinya daripada jatuh ke dalam kancah kata nista yang ditujukan kepadanya. Adalah suatu yang wajar, kita sebagai anggota jamaah, hendaklah mengelakkan diri daripada tempat-tempat dan keadaan-keadaan yang boleh mengundang fitnah dan tohmahan orang terhadap kita. Seseorang yang meletakkan dirinya ditempat yang mewajarkan dirinya ditohmah oleh orang, apabila ia ditohmah dan difitnahkan, ia tidak patut menyalahkan orang lain lagi, selain ia menyalahkan dirinya sendiri. Seperti kata asthar : من وقف موقف تهمة فلا يلومن من أساء الظن به

Maksudnya :
Siapa yang berada di tempat yang boleh menimbulkan tohmahan orang terhadapnya, maka ia jangan mencela, andai ada orang yang berburuk sangka kepadanya.

SYARAT-SYARAT PEMBINAAN UKHUWWAH
1. Ikhlas.
Ukhuwwah Islamiyah akan terlaksana bilamana setiap muslim mampu membebaskan diri dari kepentingan-kepentingan peribadi, kelompok, kumpulan dan golongan, dan hanya menjadikan Allah Ta’ala semata-mata sebagai tujuan. Sehingga landasan yang dipakai dalam berjuang adalah landasan Islam.
2. Dilandasi dengan (Al Wala) dan Berlepas diri (Al-Baro’), yang dibingkaikan dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa ukhuwwah Islamiyah hanya akan terwujud di antara orang-orang beriman dan bertaqwa. Ertinya seorang muslim hanya mengambil mukmin dan muttaqin menjadi temannya. “ Ukhuwwah Islamiyah yang dibentuk dari pribadi mukmin dan muttaqin ikatannya sangat kuat dan kukuh, tidak akan goyah meski badai fitnah melandanya karena mereka bersaudara berlandaskan ilmu dan aqidah/ keyakinan yang haq.
3. Tegak berasas nasihat karena Allah.
Seorang muslim seharusnya menjadi cermin bagi saudara mu’minnya yang lain. Ia akan sentiasa meningkatkan kebajikan, sebaliknya jika terdapat kekurangan pada diri saudaranya ia akan menasihatinya dengan cara yang baik dan menganjurkannya agar segera bertaubat kembali kepada petunjuk agama yang haq. Dengan demikian terjadilah tolong menolong yang penuh keberkahan jauh dari fanatisme. Sekaligus mendorong terbentuknya persaudaraan atas dasar Islam dengan neraca syariatNya. “ Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” ( Al ‘Ashr: 1-3).
4. Komitmen (Iltizam) dengan metode (Manhaj) pemahaman yang benar.
Hal ini akan terlaksana jika mereka-mereka yang bersaudara ini setia untuk tetap berhukum kepada hukum Allah dan mengembalikan semua masalah kepada Allah dan RasulNya. “...Jika kalian berbeza pendapat, maka kembalikanlah semuanya kepada Allah dan RasulNya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An Nisa: 59).


REALITI DALAM PERJUANGAN

Di dalam saf perjuangan, permasalahan kewangan dan kesempitan hidup yang dihadapi oleh sahabat wajar diberi perhatian. Takaful yang menjadi salah satu daripada rukun usrah, di antara yang dititikberatkan ialah permasalahan kewangan sahabat.

Hak harta di dalam katogeri ini terbahagi kepada tiga peringkat.
Pertama:
Ini adalah peringkat yang paling rendah, iaitu kita memenuhi hajat dan keperluan sahabat dengan menggunakan peruntukan yang lebih daripada peruntukan untuk diri kita sendiri.
Kedua:
Harta kita dibahagi dua dengan sahabat.
Ketiga:
Peringkat yang paling tinggi, iaitu kita mengutamakan sahabat kita melebihi diri kita sendiri.

PENUTUP

Semoga perjuangan Islam yang sedang kita gerakkan pada hari ini akan tetap terus bersemarak dan di dalam era mempertahankan kemenangan ini, dengan berkat semangat setia kawan dan ukhuwwah Islamiyyah yang teguh, seperti yang pernah menjadi realiti kepada generasi salafusaleh sebelum kita, amin.

Sumber: DPPK.

Dipublish oleh : abdullah muhaimin saari

Sunday, May 1, 2011

DEMONSTRASI SEBAGAI WASILAH TARBIYAH



DEMONSTRASI SEBAGAI WASILAH TARBIYAH

(Sempena Demonstrasi Aman DPPNK Membantah Kenaikan Harga Minyak
di Dataran Merdeka, Sungai Petani pada hari Jumaat, 6 Jun 2008)


Sebilangan penulis-penulis Islam, mereka mengkaitkan demosntrasi dengan tindakan golongan Khawarij yang telah melakukan pemberontakan terhadap khalifah Islam di zaman pemerintahan Osman bin Affan RA dan pemerintahan Ali bin Abi Talib RA. Dengan alasan yang demikian, mereka mengistinbatkan bahawa demonstrasi adalah sesuatu yang maksiat kerana melawan khalifah Islam.

Melihat kepada perbahasan ini, penilaian yang dapat diberikan adalah, tafsiran dan pendedahan yang dilakukan oleh mereka itu menggambarkan bahawa mereka tidak berpegang kaedah fiqh yang berbunyi;

إن الحكم على الشئ فرع عن تصوره

Maksudnya;
“sesungguhnya hukum atas sesuatu adalah furuk (cawangan) dari gambarannya”

Mereka meletakan sesuatu hukum, tanpa melihat kepada keadaan sesuatu benda yang hendak dihukumkan. Ekoran dari itu, hukum yang dijatuhkan itu menjadi ‘berat sebelah’ dan bersikap zalim.

HAKIKAT DEMONSTRASI

Demonstrasi adalah satu kalimah inggeris yang diambil dari kalimah demonstration. Mengikut terjemahan melayu, Demonstrasi dimaksudkan dengan ‘perhimpunan tunjuk perasaan’.

Didalam Kamus Dewan Bahasa, Demonstrasi mengandungi dua makna. Pertama: penerangan, peragaan, penunjukan tentang cara kerja sesuatu mesin, keluaran dan lain-lain; Kedua: tunjuk perasaan dengan cara berkumpul beramai-ramai, berarak dan lain-lain.

Melihat kepada dua makna tersebut, makna yang kedua adalah yang paling tepat dalam perbahasan kita ini.

Di dalam Bahasa Arab, Demonstrasi dipanggil dengan MUZHAHARAH. Di dalam perbahasan Islam, Islam membahagikan demonstrasi kepada dua bentuk, iaitu demonstrasi liar dan demonstrasi aman.

Demonstrasi liar adalah demonstrasi yang bersifat sekumpulan masyarakat di tempat-tempat umum untuk menuntut dan membantah perkara-perkara tertentu yang sudah menjadi tugas negara atau orang yang bertanggungjawab. Di dalam Demonstrasi ini, para penunjuk perasaan biasanya akan melakukan kerosakan, rusuhan, kemusnahan, membakar harta milik negara, harta umum ataupun harta individu.

Adapun Demonstrasi aman iaitu perbuatan sekumpulan masyarakat untuk menyokong, menuntut dan juga membantah sesuatu. Tindakan ini tidak akan disertai aktiviti merosakkan, menghancurkan atau membakar harta benda negara, awam atau individu. Para penunjuk perasaan akan sentiasa memerhatikan dan mematuhi hukum-hukum syara', nilai-nilai Islam dan kemaslahatan umat Islam. Mereka juga akan sentiasa menjaga adab-adab sebagai orang Islam.

ISLAM DAN DEMONSTRASI

Melihat kepada hakikat dua demonstrasi yang didedahkan, maka kita dapat menilai, yang mana satukah demonstrasi yang diharamkan dan demonstrasi yang dibenarkan didalam Islam.

Demonstrasi liar adalah sesuatu tindakan yang diharamkan didalam Islam, maka dengan demikian, demonstrasi yang dilakukan oleh Khawarij adalah demonstrasi mengikut tafsiran yang pertama.

Adapun Demonstrasi aman, maka itu dibenarkan didalam Islam. Ini kerana, banyak bukti-bukti dan dalil-dalil yang menyatakan keharusannya. Antara dalil-dalil tersebut adalah seperti berikut;

a. Rasulullah SAW juga pernah menghimpunkan kaum Quraish di Bukit Safa untuk menyeru kepada mereka supaya beriman kepada Allah dan menjelaskan bahawa Baginda adalah Rasul yang diutus Allah kepada manusia.

b. Melihat kepada falsafah Haji, yang mana, Allah mengizinkan haji hanya dilakukan di Mekkah di hari-hari yang ditetapkan sahaja. Disamping mengerjakan haji, di suruh supaya melakukan tawaf dan bertalbiyyah sebagai cara hendak menyatakan hasrat hati dan ‘tunjuk perasaan’ didepan Allah.

Melihat kepada ‘istidlal’ ini, difahami bahawa islam tidaklah mengharamkan demonstrasi secara mutlak, bahkan islam membenarkan berdemonstrasi yang tidak menyalahi kehendak syariah islamiyyah.

Sekiranya, cara non muslim sahaja menggunakan demonstrasi menjadi hujjah atas larangan berdemonstrasi, maka tidak semua perkara yang datang dari orang yang bukan Islam adalah di tolak, bahkan ada perkara yang datang dari bukan islam, di terima dan dibenarkan diamalkan didalam Islam, tetapi keizinan tersebut hendaklah berdasarkan kepada ketiadaan percanggahannya dengan nas-nas yang qatii dan yang lebih jelas.

Antara dalil yang menyatakan tidak semua cara non muslim mesti di tolak adalah seperti berikut;

a. Sirah menjelaskan, ketika berlaku peperangan ahzab, Rasulullah SAW telah meminta pandangan dari kalangan sahabat supaya menyatakan pandangan-pandangan mereka. Lalu telah memberi pandangan oleh Salman Al-Farisi dengan menggali parit dengan alasan, taktik peperangan itu diamalkan oleh golongan Majusi (golongan yang menyembah Api) di Farsi ketika itu. Mendengar pandangan tersebut, Rasulullah menerimanya.


b. Di dalam sirah juga jelas menyatakan penerimaan Rasulullah SAW menjadikan golongan kuffar quraish yang ditawan dalam peperangan Badar, supaya menjadi guru-guru yang mengajar kepada anak-anak orang Islam di kala itu.

Dengan hujjah-hujjah ini, dapatlah kita membuat kesimpulan, bahawa Islam tidak melarang melakukan demonstrasi yang aman, tetapi Islam melarang demonstrasi liar.

Wallahu a’lam.


*Artikel ini adalah sumbangan Akhi Wan Ji Wan Husin

Sumber: DPPK.

Dipublish oleh : abdullah muhaimin saari

SIRI TARBIAH 1 - MUHASABAH PERJUANGAN

MUQADDIMAH

Firman Allah SWT :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)3

Maksudnya :

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu, apabila dikatakan kepada kamu: “Pergilah beramai-ramai untuk berperang pada jalan Allah”, kamu merasa keberatan (dan suka tinggal menikmati kesenangan) di tempat (masing-masing)? Adakah kamu lebih suka dengan kehidupan dunia daripada akhirat? (Kesukaaan kamun itu salah) kerana kesenangan hidup ini hanya sedikit jua berbanding dengan (kesenangan hidup) di akhirat kelak.Jika kamu tidak keluar beramai-ramai (untuk berperang pada jalan Allah membela agama-Nya, Allah akan menyeksa kamu dengan azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dan Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memudharatkan Allah sedikit pun. Dan ingatlah Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. ( At-Taubah:38-39)


PERASAAN PERLU KEPADA ALLAH


Bila kita memahami dan menghayati bahawa Allah ada orang lain yang akan dipilih untuk memperjuangkan Islam ini, seandainya kita tidak mahu berjuang, terasa kuatlah hati dan perasaan kita menggantungkan segala pengharapan kita, agar kita terus dipilih oleh-Nya. Perasaan bergantung kepada Allah ini akan melenyapkan semangat dan kecintaan kita kepada dunia, cinta kepada kedudukan dan nama, mendambakan perhatian manusia kepada kita dan sebagainya lagi. Sesungguhnya kita amat mengimani, bahawa kita tidak dapat memastikan usia kita akan kekal lama seperti yang kita harapkan. Kita bakal mati bila sudah tiba waktu dan masanya. Perasaan bergantung kepada Allah ini, akan mencetuskan di dalam diri kita hanya ‘mahu kepada Allah’,dan mendorong kita untuk terus berkerja, berkhidmat dan berbakti kepada Allah, di jalan yang mulia ini.


AWASI PERMASALAHAN FUTUR


Perjuangan Islam yang sedang kita gerakan ke arah kemenangannya ini amat memerlukan kita sentiasa berkomitmen dengan program-program jamaah. Marhalah jihad yang kita patut berada dewasa ini, selaku kepimpinan tinggi jamaah ialah jihad yang sentiasa berterusan, tidak mengenal erti lemah, letih, tidak bersemangat dan sebagainya.

Adalah suatu yang pelik, seorang muslim yang sudah merasai kemanisan iman dan memahami Islam yang sebenarnya, tetapi sanggup lari daripadamedan amal ke arah memenangkan Islam. Seorang yang memahami hakikat Islam yang sebenarnya, tidak dapat hidup tanpa Islam yang diperjuangkannya. Seorang yang jelas fikrahnya mengenai Islam, akan sentiasa mencari-cari ruang dan kesempatan untuk menyuburkan iman dan semangatnya untuk menyemarakkan kerjanya di dalam perjuangan, di samping memperbetulkan kesalahan dan kesilapannya di sepanjang kehidupannya di dalam perjuangan.

Seorang yang menghadapi permasalahan ini futur, akan merasa jemu dan tidak bersemangat untuk menghadiri program-program jamaah. Seorang yang berada di dalam reality ini akan berada di antara dua persimpangan. Sama ada akan terus tenggelam dalam reality terus future dan terpengaruh dengan suasana persekitarannya sehingga terus tidak menghadiri program atau ia diselamatkan oleh Allah melalui sebab-sebab yang dikehendaki oleh Allah seperti diperingatkan dan ditazkirahkan oleh sahabat seperjuangan dan sebagainya.

PERMASALAHAN KELESUAN KINI

Krisis kelesuan yang melanda sesebuah gerakan adalah berpunca daripada petugas-petugasnya yang lesu, lemah dan tidak bersemangat, serta tidak bertenaga untuk menggerakkan kerja, sehingga terkadang petugas-petugas gerakan terus jatuh, bahkan terus meninggalkan kerja-kerja perjuangan.

Kelesuan jamaah adalah berpunca daripada:

i) Sebab yang melibatkan jamaah

ii) Sebab yang melibatkan individu

i) Sebab Yang Melibatkan Jamaah

a- Lemahnya di sudut tarbiyyah

Berkata al-Ustaz Fathi Yakan :

Sudut tarbiyyah terkadang diletakkan di dalam sudut yang cukup terbatas, sedangkan sudut-sudut lain di dalam jamaah seperti sudut pengurusan jamaah (pejabat), tanzim dan siasah diberi perhatian yang cukup serius. Gerakan yang lemah kemampuannya di dalam mentarbiah akan mengakibatkan kesannya kembali kepada gerakan itu sendiri. Kecergasan tarbiah hendaklah terus berjalan dan tidak terputus sekalipun di dalam waktu yang cukup kritikal dan keadaan yang genting. Mengikat anggota jamaah hendaklah di atas ‘hubungan dengan Allah dan Islam’. Harakah dan tanzim hanyalah sebagai wasilah, ia bukan matlamat.

b-Tidak meletakkan individu tertentu sesuai ditempatnya

Ia adalah di antara factor yang akan melemahkan sesebuah harakah dan dikira faktor yang sangat membahayakan jamaah. Sesungguhnya kejayaan sesebuah harakah pada menugaskan anggota dan petugasnya dan diletakkan pada tempatnya yang sesuai adalah permulaan kepada kejayaan dan peningkatan mutu jamaah. Harakah Islamiyyah terkadang tidak kurang dan kaya dengan tenaga dan perugasnya. Namun, apabila tenaga-tenaga itu tidak digarapkan sepenuhnya atau tidak diletakkan di tempat yang tidak sesuai, maka jamaah sekali lagi akan tersasar dalam menuju matlamatnya.

c- Tidak membuat ‘follow up’ terhadap pertugas

Ini juga adalah factor yang akan membawa jamaah kepada krisis kelesuannya. ‘Follow up’ yang kita maksudkan ialah yang dibuat dalam bentuk :

- Tanzim (organisasi)

- Ukhuwwah

ii) Sebab Yang melibatkan Individu

Sebahagian sebab yang berpunca daripada individu ialah :

a) Tabiat tidak berdisiplin

b) Permasalahan yang berpunca daripada sumber makanan dan mata pencarian

c) Bersikap meringan-ringankan kerja jamaah

RENUNGAN TERHADAP SURAH AL-ASR

Mempraktikkan pengajaran daripada surah al-Asr, khususnya terhadap penjagaan masa, seringkali diabaikan oleh sesetengah anggota jamaah. Adalah lebih malang, apabila penjagan masa itu seringkali diabaikan oleh pemegang-pemegang amanah penting di dalam jamaah. Tiada gunanya apabila surah yang seringkali dibaca oleh kita pada setiap kali kita menamatkan majlis itu, terus kita baca, tetapi untuk kita tidak mempraktikkan pengajarannya.

PENUTUP

Semoga jamaah yang sedang kita gerakkan menuju ke gerbang jaya ini akan terus dilimpahi kebasemakin rakahannya, demi bangun satu kekuatan baru, pada suatu era yang ummah sangat mendambakan cahaya penyelamat bagi melepaskan mereka dari kezaliman yang sudah semakin serakah mencengkam kebebasan dan hak yang hilang.


Sumber: DPPK.

Dipublish oleh : abdullah muhaimin saari

Senyumlah sahabatku

Related Posts with Thumbnails