Saturday, December 26, 2009

Si tukang cerita dan pohon tua...





Alkisah, ada seorang tukang cerita yang sangat setia dengan tamburnya setiap kali dia lewat ke sesuatu tempat. Si tukang cerita ini tidak pernah mengenal erti lelah, dan sentiasa sarat dengan koleksi kisah kehidupan yang membawa seribu satu pengajaran buat pendengar-pendengarnya. Bukan wang yang dikejar, tapi dia sangat berharap agar orang-orang yang bakal mendengar setiap cerita darinya agar mendengarnya bukan dengan telinga, tapi dengan HATI mereka. Ia ingin orang-orang itu dapat terus hidup, bukan hanya fizik, tapi dengan JIWA yang terus berkembang. Ia ingin agar orang-orang itu dapat melihat, mengecap, meraba, bukan hanya dengan indera, tapi dengan NURANI yang mereka punya. Ia ingin, semua orang yang mendengarkan itu memahami bahawa hidup itu adalah hal yang indah dan menyenangkan, sejuk dan menyegarkan, damai dan penuh kenyamanan.

Kali ini, ia membawakan satu kisah yang cukup menarik, bertajuk “Pohon Tua”. Logiknya, kalau sesuatu benda itu sudah usang, lusuh, dan buruk…kita akan terus menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna…tiada nilaiannya…tapi mashaAllah, kisah dari si tukang cerita ini begitu bermakna dan bisa membuat kita semua berfikir sejenak….walaupun hanya dengan sebatang “Pohon Tua”…

Suatu ketika di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon yang rendang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya menembus tanah hingga dalam. Pohon itu tampak gagah dibanding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Kerana rendang dan tingginya, pohon itu menjadi tempat hidup bagi beberapa burung di sana. Mereka membuat sarang dan bergantung hidup pada batang-batang pohon itu. Burung-burung itu membuat lubang dan mengerami telur-telur dalam kebesaran pohon itu. Pohon merasakan senang mendapatkan teman saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah dan berteduh di kerendangan pohon itu. Mereka duduk dan membuka bekal makanan di bawah naungan dahan-dahannya. “Pohon yang sangat berguna,” begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun Bangla mendengar perkataan itu.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya mulai berjatuhan. Tubuhnya kini kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu dimilikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang di sana. Orang yang lewat tak lagi singgah untuk berteduh.

Sang pohon sedih. “Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku perlukan teman. Tak ada lagi yang mahu mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?” begitu ratap sang pohon hingga didengar seluruh hutan. “Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku agar aku tak perlu merasakan seksaan ini?” sang pohon terus menangis membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mahu berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

“Cittt…cericit….cittt” Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon tersedar dari lamunannya.

“Cittt…cericit….cittt” Suara itu makin keras melengking. Ada anak burung lagi yang baru menetas. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas menetasnya burung-burung baru. Satu….dua…tiga…empat anak burung yang lahir ke dunia!

“Ah, doaku dijawabNya,” seru sang pohon.

Keesokan harinya berterbanganlah burung-burung ke arah pohon itu. Mereka membuat sarang-sarang baru. Ternyata batang kayu yang kering mengundang burung dengan jenis tertentu untuk mahu bersarang di sana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering berbanding sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. “Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini,” gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul berdekatan akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya air mata sang pohon tua itu menumbuhkan bibit-bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik dari kisah di atas? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahsia untuk kita. Allah dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawapan-jawapan buat kita. Walaupun kadang-kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak. Yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkanNya cubaan kepada kita, kita harus ingat akan ada saat lain. Saat Dia memberikan kita kurnia yang berlimpah. UjianNya bukanlah harga mati. Saat Allah memberikan cubaan pada sang pohon, sesungguhnya Dia sedang menunda pemberian kemuliaan. Allah tidak menumbangkan pohon itu sebagaimana yang diminta, sebab Dia menyimpan sejumlah rahsia. Allah sedang menguji kesabaran yang dimiliki si pohon.

Teman, yakinlah, apapun cubaan yang kita hadapi adalah bahagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkanNya untuk kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

Narration:

“Sahabatku yang baik..sesungguhnya nikmat adalah cubaan..bila nikmat disyukuri, maka menjadi gerbang pembuka aneka nikmat yang lebih hakiki…namun ingat, bila nikmat dikufuri, maka ia adalah gerbang..lahirnya laknat dan bencana…waspadalah terhadap pujian, kelapangan, harta, sihat..kerana ini adalah ujian yang lebih berat daripada kepahitan…..jangan biarkan diri lalai….yang akan mengundang bala…syukurilah…syukurilah setiap nikmat…dengan menjadikannya kenderaan untuk mendekat, untuk mengabdi…. kepada yang Maha Memberikan segala nikmat…Allah Azza wa jalla….”

No comments:

Senyumlah sahabatku

Related Posts with Thumbnails